Segala Tentang Gojek, Sejarah dan Tujuan Didirikannya

PT Aplikasi Karya Kecil Bangsa atau yang lebih diketahui dengan GO-JEK ialah sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia yang melayani angkutan lewat jasa ojek. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2010 di Jakarta oleh Nadiem Makarim.[2][3] Ketika ini, GO-JEK sudah tersedia di 50 kota di Indonesia.[1] Sampai bulan Juni 2016, aplikasi GO-JEK telah diunduh sebanyak hampir 10 juta kali di Google Play pada metode operasi Android.[4] Ketika ini juga ada untuk iOS, di App Store. Go-jek Juga menyediakan layanan pembayaran komputerisasi ialah Go-pay, Layanan Go Jek juga memenuhi keperluan tiap hari, Ketika ini Go-jek sedang Terus melaksanakan Ekspansi ke Negara - Negara di Asia Tenggara, dan sekarang telah ada di Thailand dan Vietnam informasinya Gojek akan merilis di Singapura dan Flipina berikutnya.


Sejarah
GO-JEK didirikan oleh Nadiem Makarim, warga negara Indonesia jebolan Master of Business Administration dari Harvard Business School. Pandangan mendirikan GO-JEK timbul dari pengalaman pribadi Nadiem Makarim menerapkan transportasi ojek hampir tiap hari ke daerah kerjanya untuk menembus kemacetan di Jakarta.[5] Ketika itu, Nadiem masih berprofesi sebagai Co-Founder dan Managing Editor Zalora Indonesia dan Chief Innovation Officer Kartuku.[6]

Sebagai seorang yang sering kali menerapkan transportasi ojek, Nadiem memperhatikan terbukti beberapa besar waktu yang dihabiskan oleh pengemudi ojek hanyalah sekedar mangkal menunggu penumpang.[7] Meskipun, pengemudi ojek akan menerima penghasilan yang lumayan jikalau banyak penumpang. Kecuali itu,Dia memperhatikan ketersediaan ragam transportasi ini tak sebanyak transportasi lainnya sehingga seringkali cukup susah untuk dicari.[7] Dia mengharapkan ojek yang dapat ada tiap dikala diperlukan. Dari pengalamannya hal yang demikian, Nadiem Makarim memperhatikan adanya kans untuk membikin sebuah layanan yang bisa mengaitkan penumpang dengan pengemudi ojek.[7]

Pada tanggal 13 Oktober 2010, GO-JEK sah berdiri dengan 20 orang pengemudi.[8] Pada dikala itu, GO-JEK masih mengandalkan call center untuk mengaitkan penumpang dengan pengemudi ojek. Pada pertengahan 2014, berkat tren Uber kala itu, Nadiem Makarim mulai menerima tawaran investasi.[8] Pada 7 Januari 2015, GOJEK kesudahannya meluncurkan aplikasi berbasis Android dan IOS untuk menggantikan metode pengorderan menerapkan call center.[8]

Pendanaan
GO-JEK pertama kali menerima kucuran dana dari NSI Ventures pada Juni 2015 dengan besaran dana yang tak dipublikasikan.[9] Pada Oktober 2015, GO-JEK kembali menerima kucuran dana.[9] Tak ini dari Sequoia Capital dan DST Global yang juga tak diceritakan jumlahnya. Pada Agustus 2016, GO-JEK secara sah mengumumkan pendanaan senilai US$550 juta atau sekitar Rp7,2 triliun dari KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital, dan Capital Group Private Markets dan pemodal-pemodal sebelumnya.[10] [11]Dengan adanya pendanaan hal yang demikian, GO-JEK sah berstatus sebagai unicorn pertama di Indonesia, ialah startup dengan valuasi lebih dari US$1 miliar. Pada dikala itu, valuasi GO-JEK sudah menempuh US$1,3 miliar (sekitar Rp17 triliun).[12]

Pada Januari 2018, Google lewat web blog resminya mengumumkan bahwa mereka sudah memberikan pendanaan untuk G0-JEK[13][14]. Ini ialah investasi pertama Google terhadap startup di Asia.[15] Kucuran dana hal yang demikian ialah komponen dari seri pendanaan yang ditiru oleh Tencent, JD, Temasek, dan Meituan-Dianping yang menempuh angka US$1,2 miliar (sekitar Rp16 triliun). Dalam pengumumannya, Google tak merinci besaran jumlah investasinya terhadap GO-JEK melainkan sebuah sumber dari Reuters menceritakan totalnya sekitar 100 juta dollar AS (sekitar 1,3 triliun).[15][16]

Digital lama sesudah Google, pada 12 Februari 2018 Astra Internasional yang ialah salah satu perusahaan otomotif nasional mengumumkan investasinya terhadap GO-JEK senilai US$ 150 juta atau sekitar Rp2 triliun.[17] Suntikan hal yang demikian ialah investasi terbesar sepanjang sejarah Astra di sektor komputerisasi dan yang terbesar di GO-JEK jikalau dibandingi dengan pemodal-pemodal lainnya hingga pada dikala itu.[18] Pada hari yang sama, Djarum Grup lewat PT Global Komputerisasi Niaga (GDN) yang ialah si kecil usaha perusahaan modal ventura Global Komputerisasi Prima (GDP) milik Djarum, juga mengumumkan investasinya terhadap GO-JEK. Dalam pengumuman hal yang demikian. GDN tak bersedia menyatakan berapa dana yang mereka investasikan ke GO-JEK.[19]

Akuisisi dan Investasi
Dalam upaya melaksanakan pengembangan aplikasinya, GO-JEK mengakuisisi sebagian perusahaan di India dan membuka kantor di Bengaluru, sebuah tempat yang familiar sebagai \\\"Silicon Valley nya India\\\".[20] Relasi GO-JEK dengan India berawal pada April 2015, dikala GO-JEK menyewa C42 Engineering, sebuah perusahaan rekayasa perangkat lunak selama dua bulan di Jakarta untuk membereskan kekutu (bug) dalam aplikasi mereka.[20] Relasi ini tercipta berkat Sequoia Capital yang ialah salah satu pemodal GO-JEK.

Februari 2016, GO-JEK kesudahannya mengakuisisi C42 Engineering beserta CodeIgnition, perusahaan pengembangan aplikasi di New Delhi yang sebelumnya juga pernah berprofesi untuk GO-JEK.[21] Kedua perusahaan teknologi ini ditugaskan menolong meningkatkatkan metode IT untuk menanggulangi jumlah pengguna yang kian banyak.[22] Pada dikala itu, pertumbuhan GO-JEK melaju dengan kencang. Jumlah pengunduh aplikasinya menempuh 11 juta dengan 200 ribu sopir GO-JEK. Pada tahun yang sama, tepatnya pada September 2016 GO-JEK mengakusisi Pianta, sebuah startup lokal di India yang menyediakan layanan kesehatan seperti terapi jasmaniah, perawat, sampai pengumpulan sampel untuk pemeriksaan di lab.[23] Menutup tahun 2016, GO-JEK mengakuisisi startup keempatnya di India ialah LeftShift, perusahaan yang bergerak di bidang aplikasi Android, iOS, dan web dunia maya.[24]

GO-JEK tak berkeinginan stop cuma sebagai perusahaan transportasi berbasis daring, melainkan bertransformasi sebagai sebuah perusahaan financial technology (fintech) lewat GO-PAY.[25] Pada akhir tahun 2016 GO-JEK mengakuisisi Ponselpay, sebuah perusahaan keuangan milik MVComerce yang sudah mempunyai lisensi uang elektronik (e-money) dari Bank Indonesia.[26] GO-JEK memerlukan lisensi hal yang demikian guna memaksimalkan GO-PAY yang sudah mereka kembangkan untuk menjadi e-money layaknya Flazz milik BCA, Brizzi milik BRI, T-Cash milik Telkomsel dan lain-lain.[27][28]

Pada 15 Desember 2017, GO-JEK mengumumkan akuisisinya kepada tiga perusahaan financial technology ialah Kartuku, Midtrans, dan Mapan untuk mensupport ekspansi GO-PAY di luar ekosistem GO-JEK.[29] Kartuku ialah sebuah perusahaan penyedia Prosesor Pihak Ketiga atau Third Party Processor (TPP) dan Penyedia Layanan Pembayaran (PSP).[30] Kartuku yang sudah mengoperasikan lebih dari 150 ribu alat pembayaran di gerai luring (offline) dan sudah bekerjasama dengan sembilan bank acquirer ini, akan dipusatkan untuk pengembangan pemakaian GO-PAY secara luring.[31]

Midtrans yaitu salah satu perusahaan penyedia jasa pemprosesan pembayaran secara daring yang sudah menjalin kemitraan dengan bank-bank di Indonesia, maskapai penerbangan, retail e-commerce dan perusahaan-perusahaan fintech.[32] Sementara Mapan yaitu jaringan layanan keuangan berbasis kelompok sosial yang memungkinkan penggunanya mengkredit barang yang mereka berkeinginan beli dalam katalog barang Arisan Mapan.[33][34] Mapan yang sudah tersedia di 100 kota hal yang demikian dipusatkan oleh GO-JEK untuk mengakselerasi inklusi keuangan bagi masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan (unbanked).[35]

Pada 8 Agustus 2017, GO-JEK mengakuisisi LOKET, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang event management & ticketing.[36] LOKET menghadirkan layanan pengorderan karcis secara daring, hingga menyediakan gelang RFID untuk pengunjung acara.[37] Langkah ini diambil GO-JEK untuk mendukung perkembangan fitur penjualan karcis bioskop dan acara yang sudah mereka miliki lewat GO-TIX.[38]

Pada tahun 2018, sesudah berhasil berekspansi ke Vietnam GO-JEK memperluas jaringan bisnisnya ke sektor periklanan. Tak ini, GO-JEK mengakuisisi Promogo, sebuah layanan pemasangan iklan di kendaraan pada September 2018.[39][40] Di tahun 2018 pula tepatnya pada Agustus, GO-JEK mengkonfirmasi ketidakhadiran GO-Ventures yang ialah unit permodalan dari GO-JEK.[41] Sesudah ini sama dengan apa yang dijalankan oleh pesaing terdekatnya, Grab, yang sudah mempunyai Grab Ventures. Pasca mengumumkan ketidakhadiran GO-Ventures, pada September GO-JEK diberitakan memberi suntikan dana terhadap Kumparan, sebuah startup media daring yang berdiri semenjak tahun 2016 dengan skor investasi yang tak diceritakan.[42] Kolaborasi GO-JEK dengan Kumparan tampak dari munculnya fitur GO-News di aplikasi GO-JEK yang memperlihatkan sebagian info dari Kumparan.

Januari 2019, GO-JEK mengakuisisi mayoritas saham Coins.ph, startup fintech asal Filipina senilai US$72 juta atau berimbang dengan Rp1 triliun.[43]Coins.ph ialah fintech berbasis blockchain yang mempunyai layanan dompet komputerisasi. Mereka mengklaim sudah mempunyai lebih dari 100 ribu merchant yang mendapatkan pembayaran melalui Coins.ph.

Ekspansi
Pada 24 Mei 2018, GO-JEK mengumumkan kepastiannya untuk berekspansi ke empat negara di Asia Tenggara ialah Vietnam, Thailand, Singapura, dan Filipina. GO-JEK mengaku menyiapkan dana sebesar USD500 juta atau sekitar Rp7,1 triliun untuk memuluskan langkahnya hal yang demikian.[44] Sebulan kemudian tepatnya pada 25 Juni 2018, GO-JEK menyampaikan GO-Viet di Vietnam dan GET di Thailand sebagai komponen dari ekspansinya.[45]

Kecuali tak menerapkan nama merek nya seperti yang dijalankan Uber atau Grab, GO-JEK juga lebih memilih menggandeng regu lokal untuk mengerjakan layanannya di luar negeri dan memberi tenaga penuh untuk mempertimbangkan kebijakan pantas dengan karakteristik masing-masing negara.[46] Via, mereka konsisten menerima dukungan teknologi, pengetahuan operasional, dan tentu saja pendanaan dari Go-JEK. Sementara itu, kedua perusahaan hal yang demikian berperan memberikan pengetahuan seputar situasi pasar lokal.

Pada 12 September 2018, GO-Viet secara sah diluncurkan di Vietnam sesudah sebelumnya mulai beroperasi di Kota Ho Cin Minh semenjak 1 Agustus 2018.[47][48] Pemilihan Vietnam sebagai negara pertama dari agenda ekspansi GO-JEK bukannya tanpa alasan. Negara ini mempunyai jumlah penduduk yang cukup besar ialah sekitar 107 juta orang dengan penetrasi internetnya sekitar 54%.[49] [50] GO-Viet dipimpin oleh Duc Nguyen yang pernah berprofesi pada Uber sebagai International Launcher untuk menolong melaksanakan riset pasar, menjalin kemitraan, analitik pasokan, integrasi pembayaran, kekerabatan masyarakat, dan rekrutmen.[51]

Imbas berhasil di Vietnam dan Thailand, GO-JEK mulai menjelang pangsa pasar Singapura. Secara sah, GO-JEK mengawali debutnya di Singapura pada 29 November 2018 dalam versi beta di kawasan terbatas yang meliputi Central Business District, Jurong East, Pungol, Ang Mo Kio, dan Sentosa.[52] Pada 10 Januari 2019, GO-JEK sah beroperasi secara menyeluruh di kawasan Singapura.[53] Di sini, GO-JEK tak mengerjakan layanan GO-Ride lantaran Pemerintah Singapura tak membiarkan pemakaian sepeda motor untuk transportasi awam. [54]

Kerja sama
GO-JEK mengumumkan kerja sama dengan perusahaan taksi Blue Bird pada Mei 2016.[55] Institusi kerja sama hal yang demikian GO-JEK membuatkan aplikasi untuk pengemudi Blue Bird dan mulai Januari 2017 pengemudi Blue Bird dapat mendapatkan pengorderan dari layanan GO-CAR milik GO-JEK.[56] Pada Maret 2017, kedua perusahaan hal yang demikian meningkatkan kerja samanya dengan meluncurkan fitur GO-Blue Bird. Institusi fitur hal yang demikian, pengguna dapat segera mengorder taksi Blue Bird di aplikasi GO-JEK, tak akan menerima mitra pengemudi lain seperti hal nya dikala lewat GO-CAR.


Sebuah riset yang dijalankan oleh  Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menyebut GO-JEK sudah memberi kontribusi Rp8,2 triliun per tahun bagi perekonomian Indonesia lewat penghasilan mitra pengemudi. GO-JEK juga berkontribusi Rp1,7 triliun per tahun bagi perekonomian Indonesia lewat penghasilan mitra UMKM. Penelitian yang melibatkan 3.315 responden di 9 kawasan hal yang demikian menampakkan rata-rata penghasilan mitra pengemudi menempuh Rp3,31 juta lebih tinggi dari UMK 9 kawasan itu yang cuma Rp2,8 juta.[57]

Comments